Kepada Haula; Untuk Sebuah Nama yang Belum Sempat Dieja
cdn.quotesgram.com |
Rayanya perayaan hari kemenangan
telah ditabuh sejak beberapa hari lalu. Hari ini H-2 lebarang. Bagi mereka yang
tengah menyiapkan bentuk kemenangannya, mungkin hal yang mainstream ketika
keberadaan euforia hari kemenangan berkumpul di pusat perbelanjaan atau tengah sibuk di rumah, membuat kue lebaran.
Pernahkah dalam riuhnya suasana
hari raya itu, kau sempat terpikir tak semua orang merasakan riuhnya
perayaannya pada detik menjelangnya? Mungkin tak sempat terpikirkan karena kau sedang
sibuk berjejalan memilih baju baru, sibuk mengemas pakaian mudik atau sibuk
dengan ulenan kue yang tak kunjung bagus? Tak salah memang, tapi akan lebih
baik riuh rendah jelang hari raya juga jadi kesempatan menambah ladang
kesyukuran.
Tak semua orang dapat merasakan
riuhnya tabuhan hari raya tersebab banyak hal. Seperti datangnya paket
kehilangan di suasana menjelang hari raya.
Rumah kami bukanlah yang setiap
17 Agustus selalu memasang bendera Indonesia untuk dikibarkan. Namun Kamis
lalu, pertama kalinya rumah kami memasang bendera, tapi bukan merah putih.
Bendera itu dikenal orang sebagai lambang kemurungan, lambang duka. Ya, bendera
putih. Bagi banyak orang termasuk saya, rumah yang mengibarkan bendera putih
itu tak perlu kau tanya alasannya, mereka tengah menerima kado duka dari
Pemilik dunia.
Kami tak pernah memesan kado
kemurungan di sisa akhir Ramadhan ini. Namun jelas Pemberi nikmat terlampau
tahu garis macam apa yang tengah dibuatNya untuk si hamba. Adakah yang meronta?
Meminta Pemilik hidup untuk mengembalikannya kepada dunia? Untungnya tak ada
hal yang seperti itu. Kami bersyukur dan masih sadar bahwa Pemilih hiduplah
yang telah mengaturnya.
Agaknya Allah begitu tahu bahwa
masa setelah dunia lebih baik untuknya dan lebih baik untuk yang
ditinggalkannya. Tak ada kata seandainya. Kami hanya tahu, takdir Allah begitu
rapi dan begitu sulit ditebak.
Allah tahu, ada tempat yang lebih
baik bagi sang putri dan tempat itu bukanlah dunia. Mungkin kini Ia tengah
terlelap di sebuah ayunan yang diteduhi pohonan rindang?
Allah Maha tahu.
Sampai jumpa, Sayang.. belum
sempat kami ucapkan selamat datang, perpisahan lebih dahulu menegaskan
keberadaannya.
Assalamualaikum…
Untuk nama yang belum sempat dieja: Haula
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar...