Surat ini adalah surat yang aku dan kau tulis di masa lalu di malam Ramadhan
yang hampir berakhir. Di kejauhan, terdengar sayup
ayat Al-Qur’an dilantunkan. Adakah kau menyapa lembaran-lembarannya hari
ini di tengah riuhnya duniamu? Kuharap lisanmu tetap basah olehnya hingga surat ini kau baca.
Ah, ya... Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar Bapak
dan Ibu? Kuharap semuanya tetap dalam lindungan Allah. Jangan lupa untuk bersyukur!
Kepada diri di masa depan,
Ingin kukatakan padamu bahwa sungguh,
di hari ketika kita menulis surat ini, dunia terasa semakin licin saja untuk
berjalan. Adakah ia sempat membuatmu tergelincir di masa ini? atau kau kini sudah
terlalu sulit untuk menemukan tanah-tanahnya yang tak licin? Kuharap kau tetap dibantuNya
berjalan di atas bumiNya yang penuh berkah.
Kepada diri di masa depan,
Ketakutanku saat ini adalah melihatmu
tengah memeluk dunia. Pekerjaanmu kini tentulah menjadi seorang pengepul. Iya,
bukan? Kau mengumpulkan harta lalu menghitung-hitungnya, kan? Bukankah pekerjaan
semacam itu dinamakan pengepul? Pengepul harta, bukan? Adakah harta
yang kau tumpuk-tumpuk itu membuatmu menjadi manusia paling mulia semulia logam
mulia yang kau kenakan? Kurasa tidak.
Ingatlah, diri… Pada akhirnya kau dan aku akan masuk ke perut bumi. Bergunung logam mulia yang kita kumpulkan tak akan lebih mulia dari bacaan
Al-Quran yang mungkin telah jarang kita lantunkan. Adakah kini, kita hanya
menjadikan kitab mulia itu sebagai pajangan pemanis ruangan? Kuharap aku tidak melihatmu mengangguk dengan pertanyaan itu.
Semoga Allah menjagamu dari pekerjaan sia-sia itu.
Kepada diri di masa depan,
Pesanku hanya sedikit. Aku tak tahu
seberapa sulitnya hidup di masamu. Tapi sesulit apa pun, hidup bersandar pada
dunia adalah kesia-siaan. Cukuplah bersandar kepada pemilik dunia. Cukuplah dunia
hanya menjadi perlintasan sesaat kita. Jangan lupa, travel agent kita saat ini akan membawa kita pulang ke rumah asli
kita, surga. Jangan kau lupa bahwa itu adalah rumah sejatimu. Karena adam dan
hawa sesungguhnya berasal dari surga dan kita pun begitu. Oleh karena itu
berusahalah di masamu kini, untuk tidak hanya menjadi pengepul harta dunia tetapi
juga harta akhirat. Berusahalah untuk menambah bekal kita yang terbaik di masamu agar kunci rumah kita tak tertukar di akhirat kelak. Semoga Allah meridhoi usaha kita. Aamiin
Ah, iya… Apa kau sudah menikah? ^_^
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
Wah suratnya pengingat agar tak lalai pada dunia ya...
BalasHapusSemacam itulah kira-kira. Pikiran saya meracau mengenai dunia macam apa yang akan kita temui di masa depan. Sebuah surat pengingat di masa depan, saya kira penting. hehe...
HapusAh ya, Terima kasih sudah berkunjung Anna. Salam kenal.