Kepada Diri di Masa Depan


images7.alphacoders.com

Semoga keselamatan tercurah bagimu, diriku di masa depan…

Surat ini adalah surat yang aku dan kau tulis di masa lalu di malam Ramadhan yang hampir berakhir. Di kejauhan, terdengar sayup ayat Al-Qur’an dilantunkan. Adakah kau menyapa lembaran-lembarannya hari ini di tengah riuhnya duniamu? Kuharap lisanmu tetap basah olehnya hingga surat ini kau baca.

Ah, ya... Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar Bapak dan Ibu? Kuharap semuanya tetap dalam lindungan Allah. Jangan lupa untuk bersyukur!

Kepada diri di masa depan,
Ingin kukatakan padamu bahwa sungguh, di hari ketika kita menulis surat ini, dunia terasa semakin licin saja untuk berjalan. Adakah ia sempat membuatmu tergelincir di masa ini? atau kau kini sudah terlalu sulit untuk menemukan tanah-tanahnya yang tak licin? Kuharap kau tetap dibantuNya berjalan di atas bumiNya yang penuh berkah.

Kepada diri di masa depan,
Ketakutanku saat ini adalah melihatmu tengah memeluk dunia. Pekerjaanmu kini tentulah menjadi seorang pengepul. Iya, bukan? Kau mengumpulkan harta lalu menghitung-hitungnya, kan? Bukankah pekerjaan semacam itu dinamakan pengepul? Pengepul harta, bukan? Adakah harta yang kau tumpuk-tumpuk itu membuatmu menjadi manusia paling mulia semulia logam mulia yang kau kenakan? Kurasa tidak.

Ingatlah, diri… Pada akhirnya kau dan aku akan masuk ke perut bumi. Bergunung logam mulia yang kita kumpulkan tak akan lebih mulia dari bacaan Al-Quran yang mungkin telah jarang kita lantunkan. Adakah kini, kita hanya menjadikan kitab mulia itu sebagai pajangan pemanis ruangan? Kuharap aku tidak melihatmu mengangguk dengan pertanyaan itu. Semoga Allah menjagamu dari pekerjaan sia-sia itu.


Kepada diri di masa depan,
Pesanku hanya sedikit. Aku tak tahu seberapa sulitnya hidup di masamu. Tapi sesulit apa pun, hidup bersandar pada dunia adalah kesia-siaan. Cukuplah bersandar kepada pemilik dunia. Cukuplah dunia hanya menjadi perlintasan sesaat kita. Jangan lupa, travel agent kita saat ini akan membawa kita pulang ke rumah asli kita, surga. Jangan kau lupa bahwa itu adalah rumah sejatimu. Karena adam dan hawa sesungguhnya berasal dari surga dan kita pun begitu. Oleh karena itu berusahalah di masamu kini, untuk tidak hanya menjadi pengepul harta dunia tetapi juga harta akhirat. Berusahalah untuk menambah bekal kita yang terbaik di masamu agar kunci rumah kita tak tertukar di akhirat kelak. Semoga Allah meridhoi usaha kita. Aamiin

Ah, iya… Apa kau sudah menikah? ^_^

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.

2 komentar:

  1. Wah suratnya pengingat agar tak lalai pada dunia ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semacam itulah kira-kira. Pikiran saya meracau mengenai dunia macam apa yang akan kita temui di masa depan. Sebuah surat pengingat di masa depan, saya kira penting. hehe...
      Ah ya, Terima kasih sudah berkunjung Anna. Salam kenal.

      Hapus

Silakan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar...