#Tulisan 2
Nama : Wazi Fatinnisa
NIM : E1C014060
Prodi : PBSID (Regular Pagi)
Ini adalah tugas komputer 6 episode kedua. Nah,
pada tulisan kali ini, khusus membahas tentang dosen yang mengesankan pada
semester satu.
Setiap dosen itu mengesankan dan memiliki gaya
khas yang tak mungkin sama ketika mengajar. Perlu diingat postingan ini bukan
untuk menunjukkan dosen yang disenangi dan yang tidak disukai karena pada
dasarnya setiap dosen itu menyenangkan. Hanya saja para dosen memiliki sisi
menyenangkan yang berbeda-beda. Dan postingan kali ini akan saya ulas sedikit
mengenai beberapa dosen yang mengesankan menurut saya.
Memukau Lewat Sehelai Daun
Dosen pertama yang membuat saya terkesan ketika
awal-awal masuk kuliah adalah Bapak Murahim. Mata saya selalu awas dan telinga
telah siaga mendengar penjelasan Pak Dosen (agak alay kayaknya?). Ketika itu
Beliau sempat membahas tentang seperti apa sebenarnya seorang sastrawan itu.
Dan kalau tidak salah, Beliau memberikan sebuah contoh seperti ini,
Terdapat sehelai daun yang gugur dari
tangkainya. Seorang sastrawan, ketika menemukan kejadian (daun gugur) itu, ia
tidak menganggap daun yang gugur itu adalah angin lalu, tetapi ia berpikir
bahwa ada sesuatu dengan daun yang gugur itu. Mengapa daun itu
jatuh tepat dihadapannya? Mengapa tak dihadapan orang
lain? Apa maksud dari gugurnya daun itu?
Hal semacam itulah yang dipikirkan oleh seorang
sastrawan. Sastrawan akan memikirkan setiap apa yang terjadi di sekitarnya.
Menjadi sastrawan itu harus peka dan kritis. Itu yang saya tangkap dari
penjelasan beliau ketika itu. Sejak saat itu saya lebih sering mencatat mata
kuliah teori sastra. Dan ternyata sangat menyenangkan mempelajarinya. Apalagi
ketika materi yang dirasa terlalu berat untuk dimengerti, Beliau dengan
gamblangnya menjelaskan secara sederhana inti dari materi itu. Cool…
Biasanya, Pak Murahim akan memberikan keterangan
di akhir presentasi kelompok. Beliau sering menjawab pertanyaan yang tersisa di
akhir presentasi, menambah wawasan kami tentang sastra yang masih sangat kurang
hingga memperjelas presentasi yang terkadang keluar dari ranah sastra.
Mata kuliah sastra adalah yang paling saya
tunggu. Karena saya lebih tertarik kepada sastra ketimbang linguistik meskipun
ketika linguistik pun tetap menyenangkan dengan dosen yang kece pula.
Tapi tetap saja porsi kesukaan saya pada kuliah sastra akan berbeda dengan
linguistik.
Belajar Filsafat = Belajar Bijak
Sokrates pernah berkata,
Mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah
tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Jadi dosen kedua yang mengagumkan menurut saya,
adalah Pak Rusdiawan. Beliau adalah dosen mata kuliah pengantar filsafat.
Ketika tahu bahwa pada semester satu ini saya medapatkan mata kuliah yang keren
ini, saya sangat menunggu kuliah ini. Tetapi saya belum memiliki gambaran akan
seperti apa kuliah filsafat.
Ketika kegiatan perkuliahan, saya merasa senang
dan selalu ingin tahu dengan materi-materi pengantar filsafat yang disampaikan
Pak Rusdiawan. Meskipun menurut beberapa orang beliau adalah seseorang yang
sangat tegas dan ketat peraturannya. Tapi hingga akhir semester satu ini saya
lebih suka mengatakan bahwa Beliau adalah orang yang bijak. Hehehe… Karena itu,
terpikir oleh saya bahwa mempelajari filsafat dapat membuka jalan menjadi orang
yang bijak.
Saya sempat berfikir bahwa hidup Pak Rusdiawan
itu penuh dengan ketenangan akibat dari pelajaran tentang kebijakan itu
(filsafat). Hehehe, saya masih dangkal untuk menyelami filosofis dari kebijakan
itu sendiri. Dan mungkin Pak Rusdiawan bisa menjadi salah satu kategori dosen
yang cukup bijak yang pernah saya temui. Kok bisa? Karena pertama,
beliau mengajar pengantar filsafat (?). Kedua, pembawaan Beliau
yang super tenang dan malah tak pernah marah kalau diperhatikan. Ketiga,
selalu makan permen dan tidak pelit untuk berbagi. Hehehe saya suka alasan
ketiga.
Menurut saya, mata kuliah filsafat itu bukan
sekedar kuliah, tapi tempat merefleksikan diri kita. Disini kita belajar
bagaimana seharusnya kita bertindak hingga mempelajari hakikat kebenaran yang
sejati dari para tokoh filsafat. Di kuliah ini, Pak Rusdiawan sering sekali
memberikan materi-materi kuliah yang saya rasa lebih tepatnya mengarah kepada
‘wejangan’. Ketika beliau memulai perkuliahan dengan kisah-kisah dari para
filsuf, saya seperti membayangkan wajah sokrates dan lainnya. Bagaimana
kehidupannya ketika itu, bagaimana diskusinya dengan orang-orang yang
ditemuinya (ceeh… prok prok prok).
Pada pertemuan pertama kuliah, ketika itu Beliau
membuat kesepakatan bahwa tidak apa jika terlambat yang penting tak mengganggu.
Karena itu, saya dan mungkin kami semua sangat menyenangi Pak Rusdiawan.
Hehehe… angkat bangku sendiri tapi kalau kehabisan.
Sebenarnya masih banyak lagi dosen-dosen yang
mengagumkan. Tapi rasanya dua dosen saja sudah cukup. Sip! Tulisan kedua
selesai
Okelah… Keep calm and lanjut ke #tulisan 3!
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar...