Ini nemu di sini Radityadika. Lucu aja, euy! |
I'm
Back!
Bismillahirrahmanirrahim…
Pernah menjadi salah satu bagian kepanitiaan
acara? Atau malah sering? Well… ahad kemarin is the best or the worst day? I
don’t know… Mungkin kata yang pantas diucapkan untuk saat ini adalah “jadikan
pelajaran”! karena setiap hal yang kita lakukan akan menjadi bagian dari
sejarah hidup kita. Baik buruknya tergantung bagaimana kita mampu belajar dari
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. (bijak banget ente, Jik! haha..)
Postingan kali ini saya khususkan untuk
melengkapi uneg-uneg yang hanya mampu saya simpan dihati. Cie.. cie… stop! Ini
bukan masalah cie.. cie… Ini serius! Wiiieesshh...
Kata maaf atas ketidakbergunaan “kami”
rasa-rasanya belum sanggup melenyapkan amarah kalian terhadap sikap kami yang
mungkin bisa dikatakan tak bertangungjawab atas tugas masing-masing. Kami hanya
mampu menunduk, menyesali setiap sikap ketidakprofesionalan kami. Mungkin kami
belum memiliki pengetahuan banyak tentang sebuah acara dibandingin kalian. Ini
menjadi pelajaran bagi kami. Terimakasih sekali...
Tapi tolonglah… kalimat pembuka di saat evaluasi
acara itu menurut saya lebih berisi hujan kritik kepada “kami”. Dan apa kalian
sadar? Hal itu membuat redup semangat-semangat kami yang semula terbakar karena
merasa acara selesai dengan sukses meski kami sadar kami tak memiliki
kontribusi sedikitpun dalam banyak hal. Dan sungguh, kami merasa sangat bangga
dengan kerja keras kalian yang meski tanpa tenaga kami mampu menghandle acara
ini dengan sangat baik.
Jujur, hampir saja rasanya air mata ini ingin
menumpahkan cairannya ketika kita duduk pada lingkaran yang kita buat. Tapi
rasanya akan sangat “cengeng” sekali jika itu terjadi. Haha…
Walau kalimat pelipur lara itu muncul dengan
sendirinya tapi tetap saja, kalimat-kalimat pedas itu terlanjur tertumpah dan
tak lagi dapat kalian tarik. Meski kami tahu itu efek dari peluh-peluh kalian
yang begitu hebat yang mampu melaksanakan acara ini dengan sangat baik meski
tanpa sentuhan tangan kami sedikit pun.
Entah bagaimana percakapan batin setiap
teman-teman yang tergabung dalam kaum mayoritas tapi seperti menjadi minoritas
karena merasa “terbuang”. Jujur saja, kami ingin meringankan beban teman-teman
yang tampak sibuk setiap waktu. Tapi rasanya setiap lini sudah ada yang
mengisi. Dan kami takut campur tangan kami salah-salah akan menambah beban
kalian yang sudah berat. Maaf, jadi ketika kami bergerombol dalam keminoritasan
kami, kebingungan itu melanda, kawan. Kami bingung akan melakukan apa,
bagaimana dan hal lainnya yang berbau istilah “kerja” seperti yang digalakkan
presiden kita. Entahlah… mungkin kami terlihat seperti sarjana yang sedang
berkeliaran mencari lowongan kerja. Menjadi cleaning service pun sudah syukur…
hehe
Dan mulai saat ini, entah semangat kami masih
bergelora atau tidak kami pun masih menghitungnya.
Sudahlah… berpanjang kalam hanya akan tidak
menuntaskan tulisan bodoh ini. So, buat kalian yang merasa terbuang ketika ada
acara yang walaupun disebut sebagai “acara kita bersama”, saya sekarang tahu
apa yang kalian rasakan! Sippplah!
Okeh… Terimakasih telah memberikan pelajaran
berharga tentang betapa sulitnya menyukseskan sebuah acara.
Terimakasih telah memberikan pelajaran bahwa
tidak cukup memandang sesuatu dari satu sudut pandang saja.
Terimakasih atas pelajaran hidup yang dapat
beguna bagi kami kedepannya khususnya saya.
Terimakasih. Semoga kami pun suatu saat nanti
mampu membuat acara sehebat kalian, kawan…!
#hanya_uneg-uneg_bodoh
Senin, 1 Desember 2014
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
Pak tua ini sadar dan sepenuhnya mengerti posisi kalian... Tapi tak usah berkecil hati. Temanmu yg berbicara, sedang belajar untuk mengerti jua... ^^
BalasHapusMaafkan jika ada salah kata si pak tua selama acara dan persiapannya... ^^ ttp semangat!