Apa yang membuat masa lalu begitu menarik? Seakan-akan
ketika membicarakan mengenai masa lalu, kita seperti di tariknya untuk kembali
kesana.
Mungkin jawabannya adalah kenangan. Masa lalu seperti sebuah
magnet, segala yang berkaitan dengan besi-besian akan tertarik ke dalamnya. Masa
lalu yang begitu menyenangkan, biasanya meninggalkan jejaknya lewat kotak yang
disebut kenangan-kenangan indah. Ah… Siapa yang tak ingin mengulangnya kembali?
Apalagi masa ketika berkumpul bersama kawan-kawan lama. Tertawa, bermain, bertengkar dan melakukan banyak hal bersama.
Drama Reply 1988 membuat kita yang berada di masa milenium
sekarang merasa iri dengan gambaran kehidupan masa 1988. This Drama is too
perfect untuk menggambarkan sosok 5 anak muda yang telah menjalin persahabatan
sejak kecil hingga dewasa. Persahabatan mereka sangat indah. Tak ada konflik
besar di antara mereka (kecuali masalah percintaan) yang perlu dirisaukan karena
lima anak itu memulai debut persahabatan mereka sejak kecil. Hahaha..
Tapi yah, saya pikir-pikir lagi memang kisah keluarga di
kompleks itu terlalu sempurna. Tak ada perkelahian antar sahabat. Mereka saling
memahami dengan begitu baik. Semuanya sosoknya prontagonis. Sosok ibu yang
benar-benar sempurna, ayah yang pengertian dan terbuka dan banyak hal yang saya
pikir terlalu sempurna dalam setiap kisah-kisah mereka (kecuali kisah
percintaannya Jung Hwan ya!). Meskipun sebenarnya, saya menginginkan Jung Hwan
yang akan jadi pasangannya Dook Seon pada akhirnya. Saking tulus dan eratnya ia
menyimpan cintanya kepada Dook Seon. Ah sudahlah…
Drama ini mengisahkan bagaimana suasana manusia-manusia
tahun 1988. Ketika teknologi masih menjadi barang yang cukup mahal, tren mode
fashion anak muda yang keranjingan barang-barang Nike dll. yang cukup ngetren pada saat itu, hingga kisah
manusia kekinian yang mulai lupa untuk bercengkerama dengan tetangga-tetangga
juga kawan-kawan dekat rumah. Juga kisah berbagai keluarga dengan beragam
lika-likunya, perjuangan orang tua untuk membesarkan anaknya.
Ah, mengapa Drama Korea selalu mampu menarik air mata
sebagai pengganti ongkos drama mereka yang kita dapatkan gratis ini ya? Yah,
hanya saja, bumbu-bumbu yang tak penting (kissing scene) sungguh-sungguh sering
ditaburkan ke dalamnya. Padahal hal itu yang membuat drama Korea seringkali
bernilai minus di mata saya. Padahal sangat disayangkan, film dan dramanya
sangat bermutu (lebih baik ditiadakan scene-scene seperti itu).
Ini
dia Hal paling menarik dari Reply 1988 menurut saya:
Mungkin hati seorang ayah adalah
yang paling susah ditebak sepertinya. Lihatlah bagaimana Ayah Dook Seon yang
sangat susah mengungkapkan isi hatinya di depan anak sulungnya, Bo Ra. Berjuang
mati-matian untuk bekerja agar anak-anaknya mampu mengenyam pendidikan.
2. Bagi
orang tua, permintaan anak bukanlah sebuah beban. Tapi sebagai anak kita
seringkali menuntut lebih pada mereka.
Ingat bagaimana Ibu Jung Hwan
membuatkan anaknya makanan kesukaannya tetapi lebih memilih makan bersama
sahabat-sahabatnya? Kita mungkin menganggap diri telah dewasa dan dapat
mandiri, tapi bagi Ayah dan Ibu, anak tetaplah seorang anak. Mereka tak
menyadari betapa cepatnya kita tumbuh hingga kita perlahan mulai menjauh dari
dekapan mereka. Padahal di hati mereka, betapa mereka ingin selalu berada di
dekat kita. Sungguh, ketika adegan-adegan seperti ini , saya seketika mengingat
Ibu dan Bapak. Saya bertanya apakah mereka pun sama seperti itu? (Saya sangat
menyukai akting Ayah Dook Seon. Benar-benar sosok seorang Ayah sejati).
Apa jadinya jika kita hidup sendiri
tanpa pernah bercakap-cakap dengan orang-orang tercinta kita? Ingat bagaimana
kebahagiaan Dong Ryong ketika Ibunya menyiapkan sarapan untuknya setelah sekian
lama ia hanya sarapan seorang diri?
Seperti yang diungkapkan Jung Hwan
ketika ia begitu menyesal di dalam mobilnya, pada akhirnya takdir dan timing tidak terjadi karena kebetulan. Ia
adalah usaha dari pilihan yang kita buat sendiri. Keberanian untuk meraihnyalah
yang akhirnya membawa kita pada impian kita (yang saya bicarakan bukan
hanya masalah cinta ya..)That's right. Bukan hanya masalah timing, tapi
bagaimana usaha kita. Setelah berusaha dan gagal tak apa, yang penting kita
telah melakukan sesuatu untuk mengejar mimpi kita.
5.
Masih
banyak lagi. Saya tak begitu ingat. Yang pasti, empat hal di atas yang paling
inti (saya kira)
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar...