Ahad,
5 Oktober 2014
Allahu
akbar… allahu akbar… allahu akbar… Gema takbir bergaung menyemarak ahad yang
mubarok ini. Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H.
Tadi
sekitar pukul 7.30 Saya berangkat ke masjid dekat rumah. Baru saja keluar dari
gang kecil depan rumah, sepi! hehehe… kayaknya kita gelombang terakhir dah.
Tapi belom-belom mulai kali shalatnya, setengah jam lagi, iya!
Saya
beserta penunggu rumah mempercepat langkah menuju masjid. Satu gang lagi yang
kami lewati terbilang cukup sempit dengan jejeran rumah-rumah permanen yang
menghimpit. Keluar dari gang, ternyata di jalan beraspal itu masih ada beberapa
jamaah yang juga akan melaksanakan shalat Idul Adha. Alhamdulillah kagak telat.
Tiba
di masjid, ternyata shaff bagi jamaah perempuan sudah penuh. Saya melihat
beberapa wanita menaiki tangga menuju lantai atas yang belum sepenuhnya selesai
itu. Lantas Ibu mencoba mengikuti beberapa orang didepannya mencari tempat di
lantai atas. Saya pun mengikuti pimpinan bersama Jeng Pie. Tapi ternyata di
atas pun sudah penuh.
Saya lalu turun dan mencoba kembali mencari celah bersama
Ibu dan Jeng Pie. Sia-sia. Di bawah sudah tidak muat. Hanya Ibu yang mendapat
tempat di bawah. Saya beranjak dan kembali ke atas bersama Jeng Pie. Agak lama
Saya mencari cara untuk bisa menggelar sajadah. Akhirnya saya menggeser sandal-sandal
jamaah yang berserakan di dekat tangga lalu Jeng Pie berada di bawah, antara
tangga yang menuju lantai atas dan bawah bersama beberapa jamaah perempuan
lainnya. Posisi saya tepat di paling belakang dekat tangga. Nasib orang telat!
Itu
kejadian yang pertama. Nah yang kedua nih! Yang buat para Ibu tidak bisa tahan
es mosi. Tau es mosi? Semacam es dung-dung tapi kalau di makan sakiiittttnya
itu di sini. (tunjuk jidat).
Di
lantai atas hanya berisi jamaah perempuan dan beberapa anak-anak saja. Nah, masalah
muncul ketika tidak terdengar suara Imam yang hendak memimpin sholat. Padahal
speaker sudah terpasang di atas tiang bangunan yang belum jadi sepenuhnya itu.
Para jamaah perempuan yang mayoritas para Ibu pun ribut (Saya ndak termasuk
yang ribut-ribut lho!).
Seorang
Ibu yang berbaris di shaff depan keluar dari shaffnya dan meminta Ibu di
sebelah Saya untuk memberitahukan hal itu kepada para bapak yang ada di bawah.
Tapi tak di gubris dan Saya mencoba melongo ke bawah dan plekk. Ibu-ibu yang
ada di lantai bawah sudah mulai takbir. Ah udah ah. Kemudian Saya memberitahu Ibu disamping Saya bahwa sholat sudah di mulai. Jadilah Saya eh, Kami
semua cuman bisa pasang niat berjamaah aja. Alias ikut hati dan gerak orang didepan aja. Lalu di tengah sholat Saya
bingung, Imam di bawah udah takbir ke berapa ya? Kagak kedengaran! Yang
kedengaran mah suara koor "aaaamiiin" jeamah laki + khotbah di masjid
desa sebelah.
Eh,
jadi kagak khusyuk dah! Pleekk. Yah itung aja dah 7 takbir rakaat pertama dan 5
takbir pada rakaat kedua kan? Sip! Yang penting niatnya.
Sholat
kelar. Jamaah langsung ribuuuttt karena masalah speaker yang bisu. Jadilah para jamaah yang ada di lantai atas langsung kabur. Saya langsung
angkat sajadah pindah posisi ke tempat lowongyang di tinggali orang-orang yang
pergi itu. Ih.. ini ibu-ibu belum selesai acara udah main kabur aja, kata saya dalam hati.
Salah
seorang ibu berbicara kepada temannya yang sepertinya di tujukan juga untuk
kami semua, “Nteh te turun.
Ape jaqm pade dengah eleq te?”. Kalau di translate sama mbah gugel
kira-kira begini artinya, “Kita
turun aja, yuk! Kalian mau dengar apa di sini?”. Lebih baik turun, kalau di bawah
bisa dengarin khotbah.
Tak
lama berselang, lantai atas yang semula ribut oleh jamaah yang kecewa akhirnya
mulai sepi. Hanya tinggal beberapa jamaah yang sibuk mencari sandal. Saya pun
akhirnya turun bersama Jeng Pie. Ikut kecewa juga sih! Tapi yah, mungkin para
bapak panitia lupa mengecek speaker yang ada di lantai atas. Penonton kecewa!
Bersama
Jeng Pie, Saya menururni tangga dan melihat Ibu yang duduk di shaff belakang.
Saya pun ikut duduk di sana dan ternyata suara Imam pun tak begitu jelas
meskipun masih bisa dikatakan lebih baik dari nasib Kami diatas. Tak beberapa
lama kemudian Kami pun akhirnya pulang sebelum khotbah selesai karena suara
khotbah dan fokus kami sudah menjauh entah kemana.
Pulang!
Lewat jalan yang berbeda y! #sunnah!
Hehehe…
Saya lucu dengar Ibu-ibu yang bercerita kepada Ibu lainnya. Mereka bingung ikut
gerakan siapa. Suara tiada terdengar. Jadilah shaff paling depan yang di ikutin
padahal mereka pun tak mendengar suara Imam. Mungkin ada yang mendengar
beberapa tapi yah, begitulah!
Udah
ah! Ceritanya kepanjangan. Yang penting makna Hari Rayanya. Moga aja kejadian
itu jangan sampai jadi perdebatan dan berujung pada masalah besar kedepannya,
ok ibu-ibu! Sip!
Ya
udah! Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H. Mohon maaf lahir batin. Mari serbu
qurbannya! Wacaaw!
ABOUT THE AUTHOR
Pengagum sosok Ayah, Ibu dan Ilalang. Masih belajar untuk menjadi setangguh ilalang. Manusia yang berharap Tuhan memeluk mimpi-mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar...