Ini tulisan sebenarnya bertanggal Rabu, 15
Januari lalu. Udah basi ya? Tiada apalah, yang penting hepi.
Siang itu selepas sholat zuhur Aku terduduk di
bangku panjang berwarna coklat didepan kelas sambil menatap bangunan berlantai
dua tepat di seberang lapangan tengah dengan rerumputan yang baru saja
dipangkas Pak Muhammad siang tadi. Bel tanda pelajaran usai mengalihkan
pandanganku pada jam dinding kuning kecil yang tergantung pada tembok putih
beraroma rindu ini.
Aku mendesah,
Huh... pengayaan untuk kelas XII akan segera
dimulai. Kali ini para Ucupers merajai.
Yang kehadirannya dinanti akhirnya tiba. Pak Ucup
mengajak kami belajar di luar kelas. Assikkkk....
Beliau telah lebih dulu duduk dengan kaki bersila
diatas rerumputan hijau di lapangan tengah. Pepohonan di sekeliling lapangan
rumput memayungi kami dari matahari yang teriknya tak begitu membara. Belaian
angin juga menemani pengayaan kali itu. (Patut untuk di foto.)
Membahas soal-soal sastra dalam lingkaran udara
sore madrasah, sungguh menenangkan, menyenangkan, menyenyumkan...
Apaan tu??? Hehehe….
"Belum terkait pada judul postingan"
Oke, sabar!
Saat itu kami membahas soal UN Sastra Indonesia
tahun 2008/2009. Pak Ucup meminta kami menyelesaikan sebuah soal puisi. Mungkin
kau tahu puisi ini.
Jati Cinta
Kalau
cintaku tak sampai padamu
Di
atas keranda telah kusiapkan kain kafan
Kemarin
kubeli dengan ...
Di
belakang rumah ada sepetak tanah
Warisan
nenek moyangku
Kubur
aku di sana
Kelak
bakal tumbuh sebatang pohon tanpa nama
Tanpa
ujung pangkal
Pintaku,
sebut ia: Jati Cinta
Asia Ramli
Kata
yang tepat untuk melengkapi baris ketiga puisi tersebut adalah ...
a.
nurani
b.
harga diri
c.
emosi
d.
berani
e.
hati-hati
Ketika itu kami terbagi menjadi dua kelompok.
kelompok laki dan perempuan.
Ketika
salah satu perwakilan dari kelompok perempuan akan menjawab, kami memutuskan
memilih pilihan (b. harga diri).
Mengapa? Karena puisi tersebut menggambarkan
seorang lelaki yang cintanya tertolak (kasih tak sampai) pada si wanita. Nah,
pada puisi tersebut sang lelaki seperti menampakkan bahwa ia adalah lelaki
sejati sehingga ketika cintanya tertolak oleh si wanita, Ia lebih memilih untuk
mati karena cintanya yang begitu kuat pada si wanita. Hal tersebut menunjukan
bahwa lelaki itu sangat menjunjung tinggi harga dirinya sebagai seorang lelaki,
sehingga bagian yang rumpang pada larik ketiga tersebut adalah…. (b. harga diri)
Sebenarnya ketika Kami mencari puisi itu di
internet, yang benar adalah menggunakan nurani,
"Alasannya karena nurani menggambarkan
keikhlasan lelaki itu terhadap si wanita."
Kece ya kalimatnya. hehehe...
Mungkin bisa jadi sih... Silahkan dipikirkan
lagi bagi yang mau... Tapi, terlepas dari benar-salahnya jawaban itu....
Kau tahu siapa yang mewakili kelompok kami dan
menjabarkan tentang esensi puisi "Jati Cinta" itu?
Dialah, Ustadzah kita... Bq. Hatmita Murdiani.
ya...
Ketika
Mita Bicara Cinta.
"Sejak
kapan"???
“Apanya?”
“Sejak
kapan Mita bicara cinta?”
Cun bilang Ia sendiri tak mengerti apa itu cinta,
(yang ini kagak begitu percaya...hehehe..)
"SEJAK
SAAT ITU," batinku!
saat
bintik di mukanya merona mengulum merah jambu
saat
senyum menyemat pada air mukanya...
saat
itu...
tak
tahu persisnya kapan, kawan...
tapi,
Ketika Mita Bicara CInta
tiga
jarum penunjuk waktu itu menunjuk angka berurut...
pukul
3:45 sore.
Pengayaan
Usai...
NB:
Sayangnya tanpa foto TKP ya! Tapi postingan ini spesial untuk Chun yang waktu
itu mencatat waktu di TKP.