Barangkali mimpi jadi pilihan perjumpaan terakhir untuk mewujudkan
keinginan. Saya tanpa sadar mengalaminya tadi malam hingga gegas pagi ini.
Cukup menyedihkan ternyata untuk sebuah alternatif terakhir. Terlalu
menyesakkan, saudara! (katakan dengan ujaran khas Bima Pak Nassar).
Ini perihal salah satu manusia terbaik yang pernah saya kenal.
Agaknya saya beberapa kali menyebutnya dalam blog ini. Bisa dibaca yang
ini: Hijrah atau Ketika Mita Bicara Cinta.
Baiklah...
Mimpi agaknya selalu merahasiakan prolognya pada kita. Kalau tak
salah sketsa mimpi itu berkisah seperti ini,
Ia sudah akan pulang ketika itu.
Dinaikinya motor yang terparkir di halaman rumah seperti biasanya
ia ketika ke tempat ini. Aku baru sadar kakinya sudah pulih ternyata. Kutanyai
mengenai kakinya yang sebelumnya terbebat perban dan tak mampu berjalan, ia
katakan memang sudah pulih. Dan memang benar ia terlihat berjalan seperti
biasanya.
Ia menggunakan celana ketika itu, agak lain dari biasanya. Lalu
motor yang digunakannya, bukan motor matic lagi, seingatku revo merah.
Entahlah, kulihat banyak yang berubah disana, meski kutahu tak ada yang
benar-benar berubah dari manusia yang setrong itu.
Aku mengantarnya hingga ke luar gerbang. Sebelum pergi, kukatakan
padanya bahwa aku sangat ingin berjumpa. Keterbatasan diri menjadi
alasanku. Ia belum mampu berjalan karena insiden kecelakaannya dan aku tak
mampu mengunjunginya barang sejenak. Menengoknya hanya untuk melihat dan
merasakan sedikit perih luka yang dideritanya pun aku tak bisa.
Kukatakan padanya aku sangat ingin berjumpa,
Kukatakan padanya bahwa telah kucoba bertanya dan mengajak salah
satu teman 'tuk mengunjunginya tapi tak ada jawaban.
Apa yang membuat kita tak berjumpa?
Jawabannya Aku. Jelas itu karenaku.
Sangat ingin kubuat nyata perjumpaan kita. Tapi apa daya, siapa
pula yang mau kurepotkan. Maaf karena keterbatasanku.
Tapi kuyakin-yakinkan diriku, kawan…
Pun kuharap dirimu,
Doa selalu menyertaimu,
terpaut jauh memang raga kita
Tapi ukhuwah bukan sebatas perjumpaan semata
Biarlah raga tak perlu tahu perjumpaan sanubari
Kelak keduanya 'kan terpaut layaknya perjumpaan
kita kelak
Semoga…
Apa terlalu muluk inginku ini, untukmu?
Salam dari rindu yang teramat. Maaf karena tak bisa berjumpa. Semoga perjumpaan di lain waktu akan
lebih baik dari ketakjumpaan kita kali ini..
NB:
Apa yang saya tuangkan ke dalam kata pada postingan ini belum
seutuhnya menggambarkan bagaimana suasana dan suara hati pemiliknya.
Karena itu, dengan segala keterbatasan yang ada, saya minta
maaf atas segala, apapun itu.
Entah saya mau menulis apa lagi, tapi tadi, sepertinya begitu
banyak yang ingin saya tuliskan.
#Terima kasih sudah
hadir menjadi salah satu pemain dalam mimpi yang teramat menyedihkan di
Ahad pagi ini.
#Google! Titip rindu
buat Mita...